Senin, 06 Januari 2014

Mengimplementasikan Strategi dengan Struktur Organisasi

Ø Mencocokan struktur organisasi dengan strategi
Struktur organisasi dalam perusahaan ini menggunakan struktur fungsional yaitu mengelompokkan tugas dan aktivitas menurut fungsi bisnis seperti pembelian bahan baku, produksi dan pemasaran. Beberapa kekurangan dari divisi fungsional ini adalah memaksa tanggung jawab, semangat karyawan yang rendah, delegasi wewenang yang buruk, perencanaan akan produk dan pasar tidak memadai.

Analisis Rantai Nilai


1. Aktifitas utama
a. Inbound Logistic terdiri dari penerimaan, penyimpanan, dan distribusi bahan-bahan masukan yang digunakan untuk menghasilkan produk yang akan dijual.
b. Operasi(operations) adalah aktifitas yang mengubah masukan menjadi produk yang sudah jadi, sebagai contoh aktifitas 
c. Outbond Logistics adalah aktifitas yang melibatkan distribusi produk yang sudah jadi ke para pelanggan.
d. Pemasaran dan penjualan mengarah pada aktifitas yang berhubungan dengan membantu para pelanggan untuk membeli produk yang telah dihasilkan.
e. Pelayanan(service) memberikan dukungan pelayanan kepada pelanggan.

Analisis Kompetitif 5 Kekuatan Porter

1. Persaingan antar perusahaan saingan
Pesaingan dalam usaha tidak dapat dielakkan, terlebih lagi persaingan yang juga bergelut dibidang yang sama. Pesaingan antar perusahaan dapat dilihat dari segi kualitas barang yang di[roduksi, kuantitas, kinerja perusahaan, pemasaran akan barang dan sebagainya. Dalam T2 (Top Tempe) berikut diuraikan analisis kompetitif dalam persaingan dengan perusahaan tempe lainnya:
Ø Tetap menjaga kualitas produk
Ø Mencari daerah pemasaran yang lebih luas lagi
Ø Menggali informasi tentang pesaing yang juga bergelut dibidang yang sama terutama perusahaan yang lebih dulu maju

2. Potensi masuknya pesaing baru (Potential entry of now competition)
Usaha-usaha lain yang juga ikut bermunculan terlebih usaha di bidang yang sama menambah semakin ketatnya kompetensi persaingan. Terlebih lagi masuknya pesaing baru yang lebih inovatif dan kreatif dalam produksinya.
3. Potensi produk-produk pengganti
Produk pengganti dari tempe yang berpotensi tinggi menjadi kompetitator di bidang usaha ini, produk pengganti lebih unggul baik dalam bahan baku, kemasan dan cara pengolahan berusaha menyaingi tempe seperti nugget, makarel (ikan sarden dalam kemasan) dan makanan lainnya. Selain itu, makanan lain seperti tahu, telur, ikan daging juga merupakan kompetitator produk pengganti dari tempe. Maka dari itu usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain : 
a. Mengemas tempe semenarik mungkin tanpa menghilangkan kialitas dan kehigienisannya
b. Membuat berbagai jenis makanan/olahan dari tempe (misalnya keripik tempe dan susu kedelai)
c. Menginovasikan tempe dengan berbagai rasa dan siap saji
4. Daya tawar pemasok (bargaining power of supplies)
Daya tawar pemasok (kedelai) mempengaruhi produktivitas dalam menghasilkan tempe. Apabila pemasok bahan baku (kedelai) menawarkan harga bahan baku tinggi, alternative lain yang dapat kita ambil adalah dengan cara mencari pemasok lain atau tetap kepada pemasok langganan yang telah kita percayai. Apabila harga rendah, maka kita dapat terus berlangganan kepada pemasok tersebut.
5. Daya Tawar Konsumen (Bergaining Power of Cunsumers)
Daya tawar konsumen menjadi faktor penting/utama dalam menentukan kemajuan usaha tempe. Kecenderungan daya tawar konsumen akan tempe meliputi faktor-faktor seperti berikut:
a. Harga tempe itu sendiri
b. Harga barang pengganti(substitusi)
c. Tingkat kepuasan terhadap kebutuhan konsumen.

Selasa, 17 Desember 2013

Penilaian Internal dan Eksternal



A. Analisis Internal
1.      Sumber Daya Manusia
Pengelolaan sumber daya manusia dilakukan oleh sang pemilik sendiri, karena pemilik perusahaan tempe ini memiliki kemampuan untuk membuat dan menjual tempenya sendiri.
2.      Produksi/Jenis Pelayanan
Sistem pemasaran/penjualan produk ini dilakukan dengan secara langsung (di rumah produksi, warung atau tukang sayur) dan Setiap harinya perusahaan ini mampu memproduksi tempe dengan kapasitas maksimal 100 kg.
3.      Keuangan
Perusahaan tidak disiplin dalam pencatatan keuangan, bahkan sering diabaikan dan pencatatannya masih bersifat manual dan kurang terintegrasi. Perusahaan belum mencatat keuangannya dalam bentuk laporan dan sistem komputer. Pendapatan keseluruhan diperoleh dari hasil penjualan dan laba, sedangkan untuk bukti-bukti penjualan dan pembelian bahan baku atau peralatan, perusahaan belum begitu menerapkan sistem pencatatan pada nota/faktur.
4.      Penggunaan Laba
Laba yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pemilik.










 B. Analisis Eksternal
1.      Teknologi yang Digunakan
Karena perusahaan tergolong dalam industri rumah tangga, maka teknologi yang digunakan juga masih sederhana. Kendala utama perusahaan untuk mengadopsi teknologi yang lebih maju adalah kurangnya modal dan sumber daya manusia yang belum terlatih dengan maksimal.
2.      Kebijakan Pemerintah
Perubahan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi dan penjualan, contohnya kebijakan pemerintah untuk penentuan harga bahan baku. Apabila perusahaan tidak mampu bertahan terhadap kebijakan yang berubah-ubah, maka keberlangsungan hidupnya akan terancam

Rabu, 04 Desember 2013

Analisis SWOT


Kekuatan (Strength) Top Tempe:
  1. Dapat menguasai pasar lokal di wilayah perusahaan berproduksi.
  2. Memahami selera konsumen dan kebutuhan akan panganan berkualitas dengan harga terjangkau.
  3. Harga merakyat
  4. Bebas dari bahan pengawet  kimia yang berbahaya
  5. Berusaha menggunakan Brand sebagai proses pemasaran agar lebih di kenal dari tempe produk lain
Selain itu panganan dari olahan kedelai ini banyak sekali peminatnya, tempe merupakan panganan yang sehat dan memenuhi nutrisi dengan harga yang terjangkau

Kelemahan (Weakness):
  1. Memiliki banyak pesaing
  2. Brand masih dalam tahapan proses
  3. Usaha masih terbilang rumahan dengan skala kecil dan belum karyawan masih kerabat atau keluarga saja
  4. Produk hanya dapat bertahan 3 hari dalam suhu ruangan dan 1 minggu dalam lemari pendingin
  5. Memerlukan biaya tambahan untuk membuat Brand lebih dikenal

Opportunity (Kesempatan):
  1. Mengemas tempe semenarik mungkin untuk menarik para konsumen
  2. Belum banyak produk tempe yang bermerek, berlogo, dan mencantumkan ferivikasi BPOM serta logo halal

Ancaman (Threats):
  1. Harga bahan utama yakni kedelai yang tak menentu, terlebih lagi jika sedang melonjak naik
  2. Pesaing lain yangbergelut di bidang yanng sama

Rabu, 20 November 2013

Uraian Usaha T2

Bapak Uki pembuat sekaligus distributor tempe dari kampung ke kampung. Usaha ini dirintis sejak tahun 1970-an sampai dengan sekarang (turun temurun). Pembuat tempe ini membeli kedelai sebanyak 100kg per hari di Pasar Panimbang, Pandeglang. Dalam satu hari dapat menghasilkan 12 kere (1 kere panjangnya kurang lebih 1,5 meter yang kemudian di potong kembali menjadi 10-30cm untuk dipasarkan) harga per potong tempe tersebut Rp 1000-Rp 3000 dan selalu habis terjual. Walaupun terdapat beberapa pesaing yang juga bergelut di bidang yang sama, namun bapak ini tetap berusaha menghasilkan tempe yang enak sehingga banyak konsumen yang menyukainya. Masalah umum yang sering di hadapi pembuat tempe seperti yang kita ketahui adalah harga kedelai yang saat ini melonjak tinggi, namun dalam hal ini Bapak Uki tetap berdagang dengan strategi meminimalkan ukuran tempe namun kualitasnya tetap pilihan terbaik sehingga tempe tersebut selalu habis terjual. Strategi penjualan itu sendiri adalah dengan menitipkan tempenya ke warung dan pedagang sayur sehingga tempe buatannya dikenal oleh banyak orang.
Visi : Dapat memenuhi kebutuhan tempe di dalam daerah dan di luar daerah dengan kualitas yang baik Misi : 1. Menjual tempe keluar daerah Pandeglang 2. Menggunakan bahan baku yang higienis dan tidak berbahaya 3. Menghasilkan tempe yang berkualitas dengan harga terjangkau Strategi -Pengembangan produk: Mengupayakan peningkatan penjualan dengan menghasilkan produk tempe yang berkualitas dan aman dikonsumsi bagi konsumen.